Pasuruan, pojok kiri
Proyek Buk Lori yang berada di Dusun Klojen, Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan Mangkrak.
Dusun Klojen, yang terletak di Desa Martopuro, telah lama diantisipasi untuk menjadi destinasi wisata yang menarik. Namun, ironisnya, proyek wisata Buk Lori ini belum diresmikan, namun sudah mengalami kerusakan yang signifikan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi mengapa proyek ini gagal dan rusak sebelum dimulai, serta menyoroti beberapa masalah penting yang terjadi di sepanjang jalan.
Informasi di lokasi, selamatan pembukaan lahan sudah di buka serta di hadiri Pemdes Martopuro dan Tokoh Masyarakatat, Tokoh Agama dan Tokoh Pemuda serta perwakilan Forkopimca Purwosari.
Sayangnya, proyek ini belum pernah diresmikan secara resmi oleh pihak berwenang. Ini menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat setempat, karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan proyek ini.
Karena hampir satu tahun lebih gak ada kelanjutannya sampai sekarang
Salah satu warga yang namanya enggan di mediakan mengatakan proyek wisata Buk Lori tidak ada tanda-tanda pembangunan lebih lanjut yang dilakukan setelah pelaksanaan selamatan. Hal ini menyebabkan kekecewaan dan frustrasi di antara masyarakat setempat, yang telah berharap bahwa proyek ini akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi mereka.
Menurutnya, salah satu faktor kunci yang menyebabkan kegagalan proyek ini adalah kurangnya perencanaan yang matang. Meskipun program ini digagas Kepala Desa, Rianto, sejak awal menjabat, tidak ada tanda-tanda perencanaan yang baik sebelum proyek ini dimulai. Rabu (20/12/2023).
"Brosur investasi yang beredar dan investasi tanpa prosedur yang jelas menunjukkan kurangnya kewajaran dalam melibatkan pihak lain, dan mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh otoritas terkait. Ini menimbulkan keraguan dalam menjaga kepercayaan investor serta melindungi dana investasi yang telah dikumpulkan," ungkapnya.
Masih kata warga setempat, wisata Buk Lori menjadi semakin rusak setiap harinya karena kurangnya pemeliharaan yang rutin. Material seperti kayu dan bambu, yang digunakan dalam pembangunan, terkena cuaca dan pengaruh lingkungan lainnya.
"Tanpa pengelolaan yang tepat, ini menyebabkan kerusakan yang tak terelakkan. Penting untuk diingat bahwa proyek seperti ini memerlukan pemeliharaan berkala untuk menjaga kualitas dan keamanannya. Namun, karena tidak ada tanda-tanda pembangunan lanjutan, pemeliharaan yang memadai juga tidak dilakukan," lanjutnya.
Lebih miris, jelas warga, kegagalan proyek ini telah menimbulkan kekecewaan yang mendalam di kalangan masyarakat setempat. Mereka telah berinvestasi baik waktu maupun uang dalam proyek ini dan sekarang merasa ditinggalkan dan dana yang diberikan menjadi sia-sia.
"Di samping itu, popularitas dan potensi ekonomi yang seharusnya dimiliki oleh Dusun Klojen, juga terhambat oleh ketidakpastian ini,'' jelasnya.
Masih kata warga yang mewanti wanti namanya jangan di munculkan, kegagalan proyek ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kemampuan Kepala Desa Martopiro, dalam mengelola dan merencanakan proyek yang melibatkan dana besar dari masyarakat dan investor. Program yang dipercaya akan memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri, justru menjadi contoh yang buruk dalam perencanaan dan pengelolaan proyek.
Kesimpulannya, lanjut warga, proyek wisata Buk Lori di Dusun Klojen, Desa Martopuro, Kecamatan Purwosari, adalah contoh nyata dari kegagalan dan kerusakan yang terjadi sebelum proyek itu dimulai. Kurangnya perencanaan yang matang, kurangnya pembangunan lanjutan, dan kekecewaan masyarakat yang mendalam menjadi catatan penting dalam kisah ini.
"Penting bagi otoritas terkait untuk mengambil tindakan yang memadai, guna mengatasi masalah ini dan memastikan bahwa proyek-proyek di masa depan dapat berjalan dengan lebih baik," tutupnya.
Sayang seribu sayang, Direktur Bumdes, Niken, yang menahkodai proyek Buk Lori mengundurkan diri dari jabatannya. Dia (Niken) saat di hubungi awak media Sebelum dirinya mengundurkan diri mengatakan kalau proyek tetap berlanjut.
Hingga berita ini di terbitkan, belum ada keterangan resmi dari Kepala Desa, Rianto. Pasalnya, nomor seluler media ini di blokir sang Kepala Desa Martopuro.
Ada apa dengan Pemerintah Desa (Pemdes) Martopuro..?. Apa ada sesuatu dalam Pemdes Martopuro..?. (Mif/YS).