Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Penampilan Kades Bulusari dan Perangkat di Perhelatan Akbar Karnaval Hari Jadi ke-1095 Kabupaten Pasuruan.



Pasuruan Pojok Kiri
Peringatan Hari Jadi ke-1095 Kabupaten Pasuruan, sebagai desa Cikal Bakal Kabupaten Pasuruan, dengan bangga Pemerintah desa Bulusari mempersembahkan drama kolosal Ramayana, Rama dan Sinta. 

Pagelaran ini di dukung sepenuhnya oleh jajaran pemerintah desa bersama dengan Ibu-Ibu PKK desa Bulusari kecamatan Gempol-Pasuruan, pada hari sabtu (21/9/2024)


Dengan para pemain, Sri Rama di perankan oleh Haji Tuin, Shinta di perankan oleh Ibu Kades Hajah Siti Nurhayati, Prabu Arwana di perankan oleh Ketua BPD, Subhan., Sedangkan Laksmana di perankan oleh Sekdes Ari Setiyawan, Tumbakarna di perankan oleh Hari Eko, sedangkan Gunawan Wibisono di perankan oleh Haji Mustakim, Indrajid di perankan oleh Panji, Sugriwa oleh Kokodei Prayitno, Sedangkan Hanoman di perankan oleh Datuk Nur Setiyawan, Anggada oleh Sutrisno, dan sepuluh bala tentara arwono di perankan oleh perangkat desa Bulusari, sedangkan 20 dayang di perankan oleh Ibu-Ibu PKK desa. Naskah di angkat berdasarkan cerita pendek Ramayana, Karya Walmiki. Ide cerita oleh Bapak Haji Sofyan Kasun Pakem. Pengarah teknik Bapak Hasan Yuliyanto, Sutradara Mulyadi Santoso, Pengantar cerita Ibu Siti Pusporini.


Peringatan hari jadi Kabupaten Pasuruan di desa Bulusari benar-benar sengaja dikonsep agak berbeda. Yaitu dengan menggabungkan unsur sejarah dengan seni kontemporer masa kini.

Seluruh masyarakat tumplek blek menyaksikan perhelatan Akbar, Karnaval yang di awali drama kolosal Ramayana, bintang utama Ibu Kepala desa Bulusari, Siti Nurhayati sebagai Sinta dan Suaminya Abah Tuin sebagai Rama.

"Drama ini dikemas dengan drama musikal supaya lebih akrab dengan masyarakat, telihat pagelaran drama kolosal yang diwarnai dengan alunan musik yang modern dan romantis, di sisi lain ditujukan untuk mengingatkan kembali terutama pada masyarakat kisah-kisah klasik yang ada di nusantara.” Ungkap Siti Nurhayati, Kepala desa Bulusari pada awak media Pojok Kiri.

Drama Kolosal Rama Yana mengisahkan tentang Rama (Abah Tuin) yang merupakan reinkarnasi ke-7 dari dewa Wisnu, bersama Sinta (Hajah Siti Nurhayati) reinkarnasi dari Dewi Lakshmi dan Lakshmana ( Ari Setiyawan ) perwujudan dari ular Dewa Wisnu menyelamatkan bumi dari kekejaman Rahwana ( Subhan ).

Naskah Epos Ramayana yang diambil tidak menyeluruh tetapi lebih disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukkan dengan durasi 20 menit yang di pandu oleh Siti Pusporini selaku Pengantar cerita.

Drama Kolosal Kisah Ramayana diawali dengan kemenangan Rama dari sebuah kompetisi memanah. Kompetisi ini diadakan untuk mencari kesatria terbaik yang akan menikah dengan anak perempuan Raja Mantili yaitu Putri Shinta. Pada akhir kompetisi memanah itu Rama dari Kerajaan Ayodya keluar sebagai pemenangnya. Kemudian mereka menikah dan pergi kehutan Dandaka dengan Laksmana saudara laki-laki Rama yang di perankan Sekdes Ari Setiyawan.

Dihutan Dandaka, Rahwana yang di perankan ketua BPD, bak raja yang gagah berani, Subhan menculik Shinta dan dibawa ke Alengka. Untuk merebut kembali Shinta, Rama memohon bantuan Hanoman dan pasukan keranya. Dalam keberangkatannya Hanoman di bekali pusaka Gada Wesi Kuning. 

Hanoman dan pasukannya mengejar Rahwana menuju kerajaan Alengka untuk membebaskan Shinta. Terjadilah pertempuran besar anatara kerajaan Alengka melawan Ayodya.

Cerita ini diakhiri dengan kematian Rahwana oleh Gadah Wesi Kuning milik Rama dan bertemunya kembali Rama dan istrinya Shinta, keduanya jalan bergandengan menunjukkan keharmonisannya.

Hasil kolaborasi Perangkat Desa, BPD dan Ibu-Ibu PKK dan beberapa pihak sangat spektakuler, mampu mengundang rasa tegang, takjub, dan membuat para penonton sepanjang jalan desa Bulusari tak henti-hentinya terheran-heran dengan kesempurnaan penampilan mereka. 

Pagelaran Drama kolosal ini mampu membuat emosi penonton terbawa di alur cerita, apalagi alunan musik, pemandu cerita, dan tarian yang dibawakan oleh para aktor. 

Usai penampilan drama Kolosal, acara di lanjutkan dengan iring-iringan Karnaval dari dusun Bendomungal, Jatipentongan, Jurangpelen 1-2, Sumberpandan, Jembrung 1-2, Blimbing, Sukci, dan Bulu.

Karnaval desa Bulusari kali ini sama hebbihnya dengan penampilan drama kolosal Ramayana. Bisa di bilang terheboh di sepanjang sejarah desa Bulusari, karena di lakukan pada malam hari, pasalnya para peserta mau merokok kocek sampai puluhan juta untuk menyewa Audio (sound system) lengkap dengan legkting, hanya untuk menyugihkan penampilan yang memukau penonton.

Tak kalah memukaunya, ogoh-ogoh berukuran besar juga menjadi daya tarik utama rombongan pawai, beberapa kali dimainkan, atau digoyang-goyangkan oleh anak-anak muda yang menggotongnya. Mereka memutar dan menggoyangkan ogoh-ogoh sembari berteriak.

Aksi itu sontak membuat warga berdebar lantaran seperti menyaksikan dua monster menakutkan sedang menari. Salah satu ogoh-ogoh yang ditampilkan malam itu berwujud seperti seorang manusia yang matanya menyala. Terdapat taring di mulutnya, dan cakar yang tajam. Yang membuat semakin mengerikan, salah satu bola matanya keluar dari kelopak mata, dan menggantung di dekat pipi.

Iring-iringan rombongan pawai ini sukses menarik perhatian warga maupun pengunjung malam itu. Apalagi di bagian belakangan rombongan ada penampilan beberapa seniman yang tidak kalah heboh. Banyak warga yang merasa terhibur. (Syafi'i/Yus).