Pasuruan, Pojok Kiri
Tepat pada Minggu , 29 September 2024 Majlis Sema’an Al-Qur’an Mantab dan Dzikrul Ghofilin menggelar kegiatan khatmil Qur’an dalam rangka hari ulang tahun Mie Janur Kuning dan Mie Gazebo di rangkai dengan Napak tilas Mbah Yai Mustakim. Acara ini berlangsung di Wisata transit Sumber air panas wong Pulungan, desa Kepulungan kecamatan Gempol kabupaten Pasuruan, mulai pagi sampai malam.
Pada pagi cerah semaan al-Qur’an Mantab dimulai Minggu jam 7.00 WIB-15.00, di lanjutkan usai shalat Ashar dengan melakukan Napak tilas Mbah Yai Mustakim guna mengenang jasa perjuangan penyebaran agama Islam dan perjuangannya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam prosesi Napak tilas Mbah Yai Mustakim, kepala desa Kepulungan Didik Hartono menceritakan perjalanan kehidupannya. Di ceritakan Mbah Yai Mustakim hidup di tiga jaman, perang Jawa, sebelum merdeka, dan setelah merdeka. Sosok Kiai yang sangat disegani banyak kalangan, lahir pada tahun 1803, asal Rembang Jawa tengah, meninggal 12 Juli 1953. Ia merupakan santri pengembara bagian dari laskar Pangeran Diponegoro dan panglima Laskar Hizbullah sekaligus pendiri Masjid Imam Syafi'i di dusun Arcopodo era Belanda.
Masa mudanya di abdikan untuk agama dan berjuang melawan Belanda bersama laskar-laskar perjuangan kemerdekaan. hingga lajang, di umur 50 tahun Mbah Yai Mustakim Baru Menikah.
Ketika Pangeran Diponegoro ditangkap, Mbah Yai Mustakim yang menjadi perwira tinggi dalam kesatuan tempur menyebar, mendirikan sebuah Langgar/Mushollah Panggung dan merintis pendirian pondok pesantren untuk mengajar ngaji di dusun Arcopodo Desa Pulungan.
Selain mengikuti Perang Jawa di bawah kepemimpinan Pangeran Diponegoro, Mbah Yai Mustakim juga ikut berjuang terwujudnya kemerdekaan 45 dan Berjuang mempertahankan kemerdekaan.
Konon saat serangan 10 Nopember, Mbah Yai Mustakim terkenal sebagai, macannya Suroboyo, Mbah Yaii Mustakim di juluki panglimanya Hizbullah.
"Mbah Yai Mustakim pernah dawuh, Recopodo iku jagad raya, Pulungan, saktemene Pulungan Iki ketiban Kamulyan , Pulungan itu Mulyo, maka kalau Pulungan Iki tidak mulya atau makmur, rakyane gak mulyo, pasti ada yang gak beres atau gak genah. Jadi desa Kepulungan itu desa yang ketiban Kamulyan.
nama wong Pulungan itu di ambil dari dawuhnya Mbah Yai Mustakim. " ungkap Didik.
Setelah selesainya khataman Al-Qur’an, dan rangkaian napak tilas Mbah Yai Mustakim
acara berikutnya adalah Dzikrul Ghofilin.
Pada kesempatan tersebut, Sunarto sebagai ketua panitia menyampaikan bahwa Dzikrul Ghofilin adalah murni kegiatan keagamaan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT tanpa ada unsur politik apapun, dan kesuksesan ini juga tidak lepas dari perannya kepala desa Kepulungan Didik Hartono, mulai pagi sampai malam ini.
"Pak Didik memang luar biasa, "ucapnya.
Sunarto juga menyampaikan Terima kasih sekali untuk seluruh warga Kepulungan beserta perangkat dan rekan rekan, semua dari NU ranting dan anak ranting yang sudah membantu sehingga ulang tahun mie Janur kuning dan Mie Gasebo ini terselenggara , yang baru pertama kali ini di laksanakan.
"Semoga dengan perjalanan ini kedepan bisa mengulang lagi, bisa lebih meriah, lebih kompak lagi, lebih solid lagi,"ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Didik Hartono menyampaikan melalui kegiatan Dzikrul Ghofilin (Jantiko Mantab) ini semoga menjadikan Wisata transit sumber air panas Wong Pulungan dan perusahaan mie janur kuning tambah barokah dan semoga tambah berkembang, bisa menjadi manfaat dan memanfaati lingkungan.
"Saya berharap, kegiatan Semaan Al-Qur’an Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghofilin ini dapat mengantarkan kabupaten Pasuruan khususnya desa Kepulungan, lebih dekat dengan Allah SWT dengan berkat barokah dari Gus Miek”, ungkapnya.
Setelah sambutan selesai acara selanjutnya adalah pembacaan Dzikrul Ghofilin yang didalamnya memuat dzikir-dzikir, sholawat, Asma’ul Husna, syi’ir-syi’ir dan tawassul kepada 50 lebih wali-wali Allah SWT dan ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Agus Ferry Husnul Ma’ab putra dari Agus Sabuth.
Sebagai acara terakhir yaitu penyampaian dawuh-dawuh Gus Miek oleh gus Sabuth. Agus Sabuth Panoto Projo adalah putra kedua dari K.H Chamim Thohari Djazuli atau Gus Miek. Beliau adalah salah satu penerus Penanggung Jawab acara Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab yang diselenggarakan tiap waktu tertentu selapanan di banyak daerah, termasuk Kepulungan.
Beliau menceritakan bahwa gus Miek adalah putra Kyai Jazuli yang suka berkelana sejak kecil. Beliau memiliki kepandaian yang luar biasa dan diberi karomah oleh Allah SWT. Sosok yang sangat fenomenal ini memiliki akhlak yang mulia, beliau selalu menghormati orang lain tanpa memandang status sosial.
Selain itu, Agus Sabuth juga menyampaikan bahwa tujuan sima’an Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin adalah sebagai bentuk meniru para wali dahulu dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan dzikir-dzikir yang ada di dalamnya.
“Tujuan sima’an Al-Qur’an dan Dzikrul Ghofilin, yaitu karena kita selalu merasa susah atas kehidupan yang dijalani ini seperti ketika sakit menangis, di saat serba kekurangan mengeluh, sedangkan para wali tidak pernah gelisah dengan kehidupannya di dunia. Ini salah satu bentuk bedanya manusia biasa dengan para wali; maka perlu adanya doa-doa dan dzikir. Semoga dengan jantiko mantab ini dapat memberkahi kehidupan kita di dunia, semoga di mudahkan segala urusannya oleh Allah SWT, dan diampuni oleh Allah SWT hingga Yaumul Qiyamah”, ungkap beliau.
Sebagai penutup acara, para hadirin dan hadirot diperkenankan untuk mushafahah (bersamalan) dengan Agus Sabuth dan Agus Ferry, selanjutnya Usai melakukan mushafahah, Agus Sabuth dan Agus Ferry di dampingi kepala desa dan Ouwner mie Janur Kuning, Sunarto mampir ke gerai mie Gasebo, bersama sama merasakan sajian mie Gasebo olahan prodak mie janur kuning.(Syafi'i/Yus).