Pasuruan, Pojok Kiri
Krisis pangan besar diprediksi akan terjadi antara tahun 2030-2050, dengan beberapa wilayah sudah mengalami tanda-tanda awalnya sekarang. Perubahan iklim, konflik, pertumbuhan populasi, krisis air, dan penurunan kesuburan tanah adalah faktor utama yang memicu krisis ini. Urgensi mengatasi isu-isu tersebut menjadi semakin nyata, dan banyak negara serta organisasi internasional berusaha mencari solusi untuk mengurangi dampak krisis pangan global di masa depan.
Indonesia kemungkinan besar menghadapi risiko krisis pangan di masa depan, terutama jika tantangan-tantangan utama terkait perubahan iklim, pengelolaan lahan, dan pertumbuhan populasi tidak segera diatasi.
Berikut adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan krisis pangan di Indonesia, serta perkiraan waktu terjadinya. Krisis pangan di Indonesia bisa terjadi dalam rentang waktu ini, seiring dengan meningkatnya ancaman dari perubahan iklim global, urbanisasi, dan peningkatan kebutuhan pangan seiring bertambahnya populasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa produksi pangan bisa mengalami penurunan signifikan jika perubahan iklim tidak dikendalikan.
Teks foto; Para Pemateri dan Peserta Workshop, 26 September 2024 di Aula FE UMM.
Oleh karena itu dunia Pendidikan mulai mencoba mencari pola atau model bagaimana peran kampus atau sekolah dapat ikut serta dalam membantu menyokong ketahanan pangan, meskipun terbatas sebagai penyedia pangan bagi mahasiwa atau siswanya, melalui pemberdayaan lahan yang dimilikinya melalui pemanfaatan lahan-lahan yang belum produktif utnuk ditanami tanaman pangan atau membina dan mem[perbanyak sekolah adiwiyata.
Sekolah Mandiri Pangan yaitu sekolah yang mengintegrasikan praktik pemenuhan kebutuhan pangan sekolah yang sehat secata “mandiri” dan melakukan usaha-usaha pertanian, perikanan, peternakan untuk memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri ke dalam kehidupan sekolah. Pada umumnya bertujuan: (i) Memenuhi kebuthan gizi sehat untuk memenuhi kebutuhan siswa dan warga sekolah; (ii) Mengenalkan dan mengajarkan siswa keterampilan bercocok tanam, pertanian, peternakan, dan mengelola sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri, serta (iii) Meningkatkan pemahaman tentang penyediaan pangan secara mandiri dan keberlanjutan.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2019), Sekolah Mandiri Pangan adalah program yang mendorong sekolah-sekolah untuk memiliki kebun pangan, ternak, atau unit produksi pangan lainnya yang dikelola oleh guru dan siswa. Program ini bertujuan meningkatkan literasi gizi, ketahanan pangan, dan pendidikan karakter melalui keterlibatan siswa dalam proses produksi dan distribusi pangan. Sedangkan meenurut Badan Ketahanan Pangan (2020), Sekolah Mandiri Pangan merupakan bentuk implementasi dari ketahanan pangan di tingkat sekolah, di mana sekolah didorong untuk menjadi unit yang mampu memproduksi pangan secara mandiri dan berkelanjutan. Hal ini dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi siswa dan mengajarkan mereka keterampilan dasar terkait pertanian, perikanan, atau peternakan.
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Jurnal Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial (2021),
Sekolah Mandiri Pangan adalah strategi pendidikan berbasis proyek yang menggabungkan pendidikan pertanian, ketahanan pangan, dan pembangunan berkelanjutan di lingkungan sekolah. Tujuan utamanya adalah menanamkan nilai kemandirian, kerja sama, dan pengelolaan sumber daya yang efisien pada siswa.
Tujuan dan Target dari sekolah mandiri ini sangat mendukung program Makanan Bergizi Gratis yang akan dicanangkan Presiden Prabowo dimulai Januari tahun 2025. Bhakn telah dibentuk Lembaga baru Bidang Gizi, sejak bulan Aguts 2023, yang diketuai oleh Prof. Dadang (Guru besar dari IPB). Sudah sangat wajar jika beberapa kampus sudah mulai memikirkan program-program penelitian daqn pengabdian yang mendukung ke tujuan tersebut. Oleh karenanya Tim Peneliti UMM menyelenggarakan kegiatan Workshop dengan tema “ Membangun Sekolah Mandiri Pangan Melalui Konservasi Keanekaragaman Hayati: Upaya Peninngkatan Gizi Siswa dan Penguatan Program PBLHS Mendukung SDG’S” di Aula FE Universitas Muhammadiyah Malang, pada tanggal 26 September 2024, yang diikuti 30 peserta dari 10 sekolah (1) SMAN Taruna Nala Malang, (2) SMAN 7 Malang, (3) SMKN 1 Malang, (4) SMKN 7 Malang, (5) SMPN 10 Malang, (6) SDN Model, (7) SD Muhammadiyah 4 Malang, (8) SD Avesiena Malang, (9) SDN Kebonsari 3 Malang, (10) SMPN 23 Malang, terdiri dari Dr. Sukarsono, M.Si. (UMM), Prof.Dr.Ir. Elfi Anis Saati, MP (UMM), Drs. Samsudin, M.Si., (Pendiri dan Ketua Yayasann APSAI, berpengalaman sebagai Pemateri Nasional gerakan PBLHS, Tim Juri Adwiyata Propinsi Jatim, dll.), Dr. Ida Wahyuni, S.Pd. M.Pd. (Guru SMPN 10 Malang, Penerima Penghargaan Kalpataru Jatim 2024, Pemateri PBLHS ). Reny Setyowati Projo, S.Pd.(guru SMPN 10, Pengelolaan Kantin Percontohan, dan Arif Rahman, M.Pd. ( Guru SMKN 1, Pengembang Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura).
Kegiatan ini merupakan bagian dari Penelitian BIMA Kemenristek DIKTI dan DPPM UMM yang telah membantu sehingga didanainya Hibah Penelitian BIMA kami (TA 2024/2025), dengan Ketua Tim DR. Sukarsono dkk.yang berjudul : aspek- aspek konservasi keanekaragaman hayati pangan berbasis sekolah untuk pemenuhan gizi warga sekolah secara mandiri dan membantu pencapaian sdgs nasional. oleh : Dr. Sukarsono, M.Si. dan Prof.Dr.Ir. Elfi Anis Saati, MP. UMM. (*/Syafi'i/Yus).