KERAS, tebalnya enceng gondok di badan sungai hingga bisa dilewati warga saat mengunakan sepeda kayuh
PASURUAN, pojok kiri.Datangnya musim penghujan, mengancam munculnya bencana. Tak hanya pohon tumbang ataupun angin kencang, tetapi juga banjir yang kerap menjadi langganan sejumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Pasuruan.
Banjir itu bisa terjadi, imbas luapan sungai yang tak mampu menampung air. Beberapa hal menjadi pemicu. Selain pendangkalan sungai juga dipengaruhi sumbatan.
Sumbatan tersebut seperti yang tampak di Sungai Wrati, Kecamatan Beji. Khususnya, di wilayah Desa Cangkringmalang, Kedungringin dan Kedungboto, Kecamatan Beji.
Suburnya tanaman enceng gondok di sungai setempat, berdampak terhadap penyumbatan aliran sungai. Bahkan, sampai bisa dilewati warga dengan sepeda kayuh. Imbasnya, kondisi tersebut beresiko besar terjadinya luapan air hingga menyebabkan banjir.
Untuk mengantisipasi hal itu, Forum DAS Wrati melakukan aksi bersih-bersih sungai dari enceng gondok secara mandiri. Giat tersebut berlangsung Jumat (13/12).
“Kami membersihkan enceng gondok ini secara manual. Ini merupakan inisiatif kami sendiri, sebagai bentuk kepedulian, kepada lingkungan dan masyarakat terhadap ancaman banjir. Kegiatan ini, sudah berjalan sejak Rabu kemarin,” beber Ketua Forum DAS Wrati, Henry Sulfianto.
Ia menambahkan, pembersihan enceng gondok tersebut penting. Karena bila tidak, maka aliran sungai tidak lancar. Dan rentan meluap ke pemukiman warga.
Seperti yang selama ini terjadi, jika sudah memasuki musim penghujan. Debit air sungai dipastikan meluap dan banjir akan menggenangi Desa Kedungringin, Kedungboto di Kecamatan Beji serta Desa Tambakan di Kecamatan Bangil.
“Jika air sudah menggenangi pemukiman penduduk disepanjang bantaran Sungai Wrati, ketinggian bisa mencapai rata-rata 1 meter. Dan surutnya bisa lebih dari seminggu,"ujar Ki Demang-sapaan Henry Sulfianto.
Ki Demang menguraikan, sebenarnya normalisasi sudah dilakukan bulan Agustus-September lalu, oleh pihak BBWS Brantas. Namun hasilnya tidak maksimal. Lantaran terkesan hanya asal keruk.
“Kami mewakili warga di sepanjang bantaran sungai berharap, kedepannya Pemkab Pasuruan ikut cawe-cawe dalam penanganan sungai ini. Jangan lagi ada ungkapan bahwa Sungai Wrati bukan kewenangan kami (Pemkab, red). Sebab, dampak banjir dirasakan luas oleh warga Kabupaten Pasuruan,” tudingnya.(Lon /yus)