Pasuruan, Pojok Kiri
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), bersama Kemenag, dan Bakesbangpol, Kabupaten Pasuruan menggelar sosialisasi pedoman pemerintah daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama di Gedung Aula desa Carat kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, Minggu (39/12/2024) yang di awali dengan sambutan Kepala desa Carat, Achmad Fatoni. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai peran Masyarakat dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama, sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) No. 9 dan 8 Tahun 2006.
Achmad Fatoni, pada kesempatan tersebut berharap
Desa Carat bisa jadi contoh teladan terkait kerukunan antar umat beragama. Bisa hidup berdampingan dengan tenang di desa Carat ini, begitu juga Kabupaten Pasuruan.
"Kita berharap warga desa Carat bisa hidup berdampingan dengan tenang dan hidup rukun dan sifat-sifat kegotongroyongan tetap terjaga, "ucap Fatoni.
Ia juga menjelaskan kepada OPD yang hadir bahwasannya desa Carat adalah cikal bakal peradaban kuno, lahirnya kerajaan Majapahit, " insya Allah berawal dari sini dari Desa Carat adanya Majapahit sampai adanya slogan "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” terdapat dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Semoga ajaran ini bisa kita terapkan di desa Carat, begitu juga Kabupaten Pasuruan sehingga antar umat beragama, antar keyakinan bisa hidup berdampingan dengan tenang dan damai, "harapnya.
PLT. Camat Gempol, Efendi MM, juga menegaskan bahwa acara sosialisasi ini merupakan kegiatan yang sangat strategis. Melalui acara dan agenda seperti ini berharap kerukunan antar umat beragama ini bisa terjalin terus menerus.
Menurutnya di era yang milenium ini masyarakat terbagi menjadi dua kelompok yang pertama adalah kelompok pemuda yang kedua adalah kelompok pasca Pemuda, sekarang kelompok pemuda lebih mendominasi, di mana kelompok pemuda ini memiliki intelektual yang lebih daripada yang pasca Pemuda.
Terbukti pemuda melalui media sosial dan yang lain semuanya dikuasai. Oleh karena itu pemuda perlu kiranya untuk dirangkul.
"Kita harus bisa merangkul pemuda-pemuda yang ada di wilayah di desa Carat ini Kecamatan Gempol untuk bisa memberikan pencerahan, untuk bisa memberikan penjelasan kepada seluruh masyarakat bahwa kerukunan antar umat beragama ini sangatlah penting,"tegasnya.
Begitu juga, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pasuruan, Haji Bahrul ulum, menyampaikan bahwa kita sebagai masyarakat Indonesia yang tadi dikatakan oleh Pak Kades carat, Desa Carat merupakan salah satu tempat cikal bakalnya Majapahit. Maka sewajarnya dan seharusnya kita tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai kebhinekaan itu yang terpancar dalam bhinneka tunggal Ika. Kita hidup di bumi Indonesia. Kita hidup di bumi Jawa ini yang itu adalah bumi kita semua, bukan bumi orang per orang, bukan bumi kelompok-kelompok tertentu, bukan bumi agama tertentu apalagi, kelompok-kelompok tertentu yang lain.
Di bumi Indonesia ada nilai kemanusiaan, dan nilai kebersamaan, dengan istilah kerukunan antar umat beragama, kerukunan internal umat beragama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah. Dari nilai-nilai ini, diterjemahkan dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa kita yang itu diambil dari bhinneka tunggal Ika. Yang sekarang dituangkan lagi dalam bahasa adalah Tri kerukunan umat beragama, kerumunan antar umat beragama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
"Tiga hal ini yang menurut saya patut kita lestarikan bersama, seperti Jaman dulu, bahasa adat serawungan (kerukunan) komunikasinya dengan grudukan atau Gotong royong. Jadi kita harus kuat secara sosial spiritual supaya tidak goyah dengan kondisi zaman," ucapnya.
Sementara itu Kepala badan kesatuan bangsa dan politik (Kesbangpol) Eddy Supriyanto mengatakan, dirinya mengajak seluruh steakholder berperan bersama untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat sampai di desa, sampai di RT. Demikian juga dari pak camat, melakukan kegiatan sampai di RT. Begitu juga Kemenag sampai di RT.
"Semuanya seperti itu sehingga punya rasa memiliki wilayah kabupaten Pasuruan dan Alhamdulillah semuanya itu aman tidak ada riak-riak seperti di daerah lain, "Kata Eddy.
Kepala Bakesbangpol Kabupaten Pasuruan juga mengingatkan, untuk selalu mencintai NKRI yang selama ini telah rukun semua agama. Menurutnya sebelum Pilkada, dan setelah Pilkada pemerintah daerah bersama dengan forum komunikasi Umat beragama akan terus memberikan sosialisasi agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjamin.
Selanjutnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pasuruan yang juga menjadi salah satu narasumber sosialisasi tersebut juga jelaskan betapa pentingnya menjaga harmonisasi, menjunjung tinggi tenggang rasa di kabupaten Pasuruan. Setidaknya ada 3 bahasa, di Pasuruan, Jawa, Madura, dan bahasa Tengger. Artinya perbedaan bahasa, agama, dan suku ini patut kita syukuri, karena dengan perbedaan ini justru menyatu, tidak bercerai berai.
"Melalui kegiatan ini kita bisa lebih memahami keberagaman dan toleransi. Dari situ kita bisa membangun masyarakat yang harmonis tanpa memandang latar belakang agama dan suku," ungkap Saiful Anam Chalim, ketua FKUB kabupaten Pasuruan.
Terutama anak anak muda, mereka bergaul juga di dunia Maya. Hal ini menjadi tantangan kita para orang tua.
Mereka hidup selain di dunia nyata, juga hidup di dunia Maya.
"Kami ingin memperkuat Bagaimana Bapak Ibu para tokoh ini bisa mewariskan situasi yang kondusif situasi yang rukun ini kepada anak-anak kita. Bagaimana kita mampu terlibat dalam menjaga negara ini dengan apa yang kita kenal Pancasila, bhinneka tunggal Ika, NKRI harga mati, kemudian undang-undang dasar. "Pungkasnya.(Syafi'i/Yus).