Header Ads Widget

Hosting Unlimited Indonesia

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kapulungan, Desa Yang di Sucikan



Pasuruan, Pojok Kiri
Kapulungan, desa tua yang disucikan. Sebagai sebuah wilayah, daerah hunian yang sangat tua yang terbukti dengan sisa-sisa arkeologi dari kebudayaan jaman batu dari era Paleolithikum sampai Megalithikum seperti alat-alat batu yang banyak ditemukan di semua dusun desa Kapulungan. Mulai dari Sarkofagus, lingga Yoni, Candi, Gua, menhir, patung Ganesha, kolam air panas, watudakon, dan banyak lagi yang lainnya.
Peradabannya tiga zaman sudah ada, sejak Zaman Batu, Perunggu, dan Besi, banyak bukti artefak yang memperkuat bahwa di kapulungan sudah ada masyarakat prasejarah.

Bahkan raja Raja Majapahit Hayam Wuruk dalam perjalanan ke timur pernah singgah ke Kapulungan.

Di Kapoeloengan, Kendi Pembelah Kerajaan Kahuripan Tersimpan di Tugu Ghaib Kapoeloengan, dan di sini juga pernah lahir tokoh-tokoh penting sejarah. Terbuktivera Mataram kuno mapatih kerajaan Singosari dari kapulungan, Prasasti Balawi.
 “Mapatih Ring Kapulungan mpu dedes wiraniwarya”. dan dinera Mataram Islam Bupati pertama Pasuruan berasal dari Kapulungan. Kiai Gede Kapoeloengan (tumenggung ), dan karena jasanya yang selanjutnya Ia diangkat menjadi Bupati Pasuruan pertama, bergelar Kiai Gede Darmojudho I, pada Mei 1680 berurutan dengan pengangkatan kakaknya, Anggawangsa, yang menjadi Bupati Surabaya bergelar Jangrana (De Graaf, 1989).
Di era abad 19, Ngabehi Puspoyudo (Demang Kepulungan), dilanjutkan Ngabehi Puspodiwongso (Demang Kepulungan). Yang mana jabatan Demang setara dengan camat. 

Perjalanan sejarah dan kebesaran nama Kapulungan tersebut, harus tetap di jaga oleh sosok pemimpin Kapulungan. 

Didik Hartono usai dilantik jadi kepala desa Kepulungan, (31/12/2019), Didik Hartono melaksanakan programnya sesuai dari visi misinya, merelokasi dan memunculkan kembali Sumber air Panas peninggalan leluhur kuno. Denganengebor tanah kas desa (tanah bengkok) yang tidak jauh dari Sumber Airpanas Arcopodo yang ada di dusun Gondang.

"Leluhur kita itu selalu menjaga kelestarian kondisi alam, hutan, gunung, laut, danau, sawah, semua itu adalah wadah-wadah yang telah di sediakan oleh Sang Pencipta untuk menjadi tempat penyimpanan air di Bumi secara alami, "ungkap Didik.

Tentu, keberadaan air di tempat itu akan tetap terjaga manakala wadah air itu juga terpelihara dengan baik. Itulah mengapa tempat-tempat itu sangat disucikan, yang dalam perkembangannya kemudian didirikanlah tempat peribadatan, maka banyak di jumpai di dusun-dusun Kapulungan ada lingga Yoni, sesembahan dewa Siwa. Karena begitu pentingnya keberadaan air di Bumi, leluhur pun sangat memuliakan alam lewat ritus (ritual) yang diwariskan dari generasi ke generasi. 

Dalam upaya menjaga dan memelihara dan memuliakan leluhur, Kades Kepulungan Didik Hartono di awal kepemimpinannya, sesuai Visi-Misinya mengangkat potensi desa dengan menghidupkan kembali kolam sumber air panas.

Suwandi anggota BPD desa Kepulungan Wilayah dusun Tugu, salah satu saksi awal pembangunan relokasi kolam sumber air panas, menceritakan awal ritual penancapan tetenger yangvdiyakini titik keberadaan 
Sumber air panas yang nantinya akan dilakukan pengeboran.

Atas perintah Didik Hartono, di mohon untuk menancapkan patok yang terbuat dari bambu dan Paku besi di titik lokasi yang di harapkan, 5 meter keselatan dari pagar perusahaan Sriti, dan 40 meter dari Jalan raya Surabaya malang, "itu pasti ada panasnya."Ucap Suwandi menirukan ucapan Kades Kepulungan.

Atas keyakinannya, Suwandi berdoa kepada Allah supaya apa yang menjadi kekarepan (harapan) Didik Hartono bisa tercapai. Bahkan selama proses pengeboran, semua pelaksana dimohon untuk selalu membaca surat alfatihah. 

"Saat itu di perasaan saya sangat yakin kalau di titik yang saya tancapi bambu patok itu ada air panas, meski belum dilakukan pengeboran. "tuturnya.

Masih menurut Suwandi, ternyata tak hanya saya yang menancapkan bambu, tapi kepala desa Didik Hartono juga menancapkan pusaka andalannya, sambil merapal doa, pusaka itu di hentakkan di titik yang akan di Bor.

"Keyakinan saya juga netepi keyakinannya pak kades, "ucapnya.

Tiga (3) pusaka andalan Kepala desa Kepulungan. Pusaka brojol, Tombak Godong Suruh tembus badar, Trisno Gati (pusaka setara Senopati), Tombak Pusaka Sepuh Godong Ron Pring ikut ditancapkan juga.

Terpisah, Menurut Didik Hartono, pusaka tersebut diperoleh dari dusun; Genukwatu,Tamanan, Kabunan, Cepodo, dan yang terakhir saat sumber panas sudah keluar di tutup dengan penancapan terakhir pusaka tongkat Mbah Yai Mustakim.

Diceritakan bahwa kontrak pengeboran itu sedalam 100 meter, tetapi pada kedalaman 40 meter sudah hangat, namus saat kedalaman 73 meter hasilnya air panas. 

Meski sering mengalami kejadian mata bor patah, pengeboran tersebut tetap dilanjutkan. Dengan keyakinannya menurut Suwandi, proses pengeboran selalu di bacakan surat alfatihah. 

"Awal air panas keluar, saya berucap, Iki Pulungan PADnya besar Iki. "Ucap Suwandi

Ucapan Suwandi bukan tanpa alasan, karena menurutnya, ini adalah satu-satunya potensi sumber panas yang ada di kabupaten Pasuruan. "Sumber panas se-kabupaten Pasuruan hanya ada di Kepulungan, di Mojokerto juga hanya satu di Pacet, di malang juga hanya satu. Ini suatu keistimewaan untuk desa Kepulungan, "wong Pulungan bakale sugeh. 

Sebagai wujud rasa syukur atas keberhasilan keluarnya air panas tersebut, Didik Hartono langsung meminta Suwandi untuk menyiapkan tumpeng.

"Awal keluar air panas itu, saya di Suruh pak kades beli tumpeng, untuk tasyakuran, "Pungkasnya.(Syafi'i/Yus).