Pasuruan, Pojok Kiri
Tokoh pejuang, Sejarah berdirinya desa Randupitu kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, di mulai dengan babat habis Pabrik Gula Arjosarie.
Pada masa itu desa ini belum bernama Randupitu, sekitar tahun 1937 – 1943 yang pada saat itu kawasan Desa Randupitu merupakan pusat kekuatan penjajah Belanda, terutama di sekitar Pabrik Gula Arjosarie.
Kehidupan masyarakat yang berjalan damai mulai terusik, ketika penjajah Belanda meminta pada lurah Arjosari, Singo Wongso, untuk menyerahkan pemuda-pemuda untuk kerja paksa di Malang. Mendengar itu sontak Singo Wongso Geram, dengan tegas menolak rakyatnya di rudopakso.
Tindakan penolakan ini, sekitar tahun 1937, Lurah Singo Wongso ditangkap oleh penjajah. Penangkapan itu memicu pergerakan rakyat yang terdiri dari berbagai unsur perlawanan rakyat. Pergerakan itu dipimpin oleh seorang pemuda yang bernama Durrasad atau Abdur Rosad. Dia adalah seorang pemuda yang pemberani dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Pada tahun 1937 Pergerakan Warga yang tergabung dalam laskar-laskar dari beberapa desa terdekat bersatu menuju ke Pabrik Gula Arjosarie untuk di babad habis. Karena kurangnya peralatan dan prasarana perang, Belanda dapat memukul mundur para pemuda dan rakyat yang melakukan perlawanan. Pada akhirnya perang terjadi disepanjang jalan mulai dari depan pabrik sampai ke wilayah Desa Plumbon Kecamatan Pandaan.
Pertempuran sengit terjadi. Penjajah tidak hanya memakai senapan, tapi dengan mengendarai tank-tank baja penjajah berusaha memukul mundur perlawanan pemuda dan rakyat.
Untuk menghalangi masuknya tank-tank penjajah, sebagian pemuda dan rakyat menebang pohon randu yang besar-besar berjumlah 7 batang. Pohon tersebut diambil dari batas wilayah Desa Arjosari selatan dengan Dusun Wangi Desa Sumberejo.
Ternyata jalan yang dihalangi dengan 7 pohon randu tersebut hanya bisa bertahan selama 5 jam sehingga para pemuda dan rakyat terdesak sampai ke Desa Plumbon Kecamatan Pandaan.
Dalam perang ini banyak pejuang yang gugur, diantaranya Bapak Buamin dari Desa setempat yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kutorejo Pandaan.
Akhirnya Sang komandan perang Durrassad dan lurah Singo Wongso tertangkap dan dipenjara di daerah Malang. Atas kejadian tersebut, untuk mengenang perjuangan pemuda dan rakyat dalam melawan penjajah Belanda, serta mendapat restu dari Mbah Pandak di Desa Sumberejo Pandaan, maka desa ini diberi nama Desa Randupitu.
Sekitar tahun 1941 Lurah Singo Wongso dan Durrassad bisa meloloskan diri dari penjara Belanda, yang selanjutnya keduanya menyusun serangan kedua dengan strategi dan persiapan yang matang, diantaranya :
1. Mengumpulkan senjata rampasan untuk dipergunakan sebagai alat perlawanan kepada Belanda
2. Bersatu dengan para tokoh masyarakat dan pemuda dari desa-desa disekitar Randupitu.
3. Strategi perang yang matang.
Serangan kedua ini betul-betul membuat penjajah lari terbirit-birit. Pada saat itu perlawanan dilakukan secara serempak di tiga sasaran lokasi. 1. Pabrik Gula Arjosarie dibakar Habis, 2. Membakar rumah dan membunuh Tuan Koller (Tuan Abang) di Dusun Gesing. 3. Membakar pasar di perempatan Randupitu.
Setelah serangan tersebut penjajah Belanda di daerah Randupitu melarikan diri dengan menggunakan kereta api melewati Bangil.(Syafi'i/Yus).